Linggasatu.com | Lingga – Anggota DPRD Lingga, Sui Hiok kecewa terkait permasalahan Kesehatan di Kabupaten Lingga, Hal itu diutarakannya setelah mengetahui kosongnya ketersediaan beberapa jenis obat-obatan dan benang jahit operasi di Rumah Sakit (RS) Encik Maryam Daik.
Kekecewaan Sui Hiok yang duduk di Komisi II DPRD Lingga ini berawal dari seorang pasien dari Kecamatan Senayang dengan kondisi kesakitan hendak melahirkan dibawa ke Pustu Desa Temiang namun pasien dirujuk ke Puskesmas Tajur Biru, ternyata puskesmas Tajur Biru tak mampu menangani karena diindikasi pasien harus di operasi (caesar), lalu pasien dirujuk ke RS Encik Maryam Daik, namun rencana rujuk dibatalkan dikarekan ketersediaan benang jahit operasi kosong atau tidak ada di RS Encik Maryam, dan akhirnya pasien dilarikan ke Tanjung Pinang. Jumat (25/5/2018).
“saya sangat kecewa sekaligus bingung dengan pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga, mau dibawa kemana dan dikemanakan obat-obatan anggaran tahun 2017” Oceh Sui Hiok dengan nada kesal.
Diungkapkan lagi Sui Hiok dari Politisi Partai Hanura ini Menurutnya, Komisi II pernah sidak RS Encek Maryam pada Juli 2017 lalu. Sehingga pada September 2017 LPJ Bupati Lingga terbaca anggaran pembelian obat-obatan sebesar Rp.2,1 Milyar dan realisasinya 92% (persen) dengan besar pengeluaran Rp.1,9 Milyar lebih.
“perkiraan saya obat-obatan itu baru dilelang sekitar bulan September, jadi saya rasa obat baru bisa sampai ke Dinas pada Oktober atau Desember, Tapi kemana obat-obatan tersebut” ungkapnya kebingungan.
Seharus dengan anggaran sekitar Rp.1,9 Milyar obat-obatan bisa berlimpah pada setiap Rumah Sakit, Puskesmas atau Pustu di Kabupaten Lingga saat ini, bukan malah menangani pasien malah beli obat di apotek-apotek luar.
“tiga hari yang lalu, saya singgah di RS Daik dan menanyakan pada pasien-pasien, ternyata mereka masih mengalami beli obat diluar, Saya benar-benar heran, padahal ini pelayanan dasar kesehatan masyarakat, kesannya kita tidak mampu” Ungkapnya.
Politisi Partai Hanura ini juga menegaskan, dengan anggaran yang besar itu tetapi fakta ketersediaan obat masih nihil, Dinas Kesehatan harus di investigasi lebih jauh.
“nyawa orang di buat main-main, Saya ingin Dinas Kesehatan terkait masalah obat ini perlu dicek kemana saja dengan anggaran Rp.1,9 Milyar lebih itu” pungkasnya.
(dwi)